Peristiwa ini menimpa saya Hari Minggu yang lalu di salah satu ATM Mandiri
(sebut saja ATM1). Semoga tidak terulang pada pembaca.
Kejadian ini berawal ketika saya mau menarik uang di ATM Mandiri. Seperti
kadang-kadang terjadi setelah saya masukkan kartu ATM, layar ATM
menyatakan bahwa
..out of service atau
.maaf sementara tidak dapat
melayani. Tentu saja saya langsung tekan tombol Cancel untuk membatalkan
transaksi. Namun ternyata kartu ATM tidak kunjung keluar walaupun saya
ulangi berkali kali dan saya tunggu.
Di saat saya berharap kartu ATM segera keluar, tiba-tiba ada seseorang
laki-laki (sebut saja Mr X) yang membuka pintu ATM dan tindakan kurang
etis ini tentu agak mengejutkan saya. Orang tersebut yang tampil dengan
sikap dan wajah innocent (tanpa dosa) dan dengan cukup santai bertanya:
Bisa Pak? Kartu saya tadi tertelan pak! Karena merasa senasib, sikap saya
berubah dari curiga menjadi welcome. Setelah saya amati, ternyata kartu
saya tampak sedikit (kurang lebih satu millimeter) di bibir lobang kartu
ATM dan saya berusaha dengan menyelipkan dua kartu tipis untuk menjepit
kartu tersebut agar dapat saya keluarkan. Usaha saya itu mendapat respon
yang bersahabat dari Mr X dan segera pula ia membantu saya untuk menjepit
dengan kertas yang saya gunakan tetapi kartu ATM saya juga tidak berhasil
dikeluarkan.
Usaha berikutnya dilakukan oleh Mr X dengan menelpon "Bank" (katanya saya
telpon bank saja pak, 14000 ya? tanyanya dan tidak saya jawab karena saya
konsentrasi dengan usaha saya untuk mengeluarkan kartu ATM). Setelah dia
menceritakan apa yang telah terjadi dan salah satu ungkapannya di telepon
"kartu saya terganjal oleh bapak setelah saya pak!". Mr X segera
menyerahkan HPnya karena pihak "Bank" mau bicara dengan saya. Pihak "Bank"
setelah menanyakan beberapa data seperti nama, tanggal lahir, nama ibu
kandung segera menuntun saya agar dapat mengeluarkan kartu ATM saya dan
tentu saja saya turuti.
Tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin
bapak; tekan ENTER. Keluar tidak pak? Tanyanya. Tidak, jawab saya. Ok pak
saya akan bantu sekali lagi mengeluarkan kartu bapak. Ikuti petunjuk saya
tekan tombol di bawah angka 9; tekan tombol di bawah angka 7; tekan pin
bapak (pelan-pelan pak) dan saya sempat berpikir mengapa harus pelan?;
tekan ENTER. Singkatnya saya menekan PIN saya sampai sekitar tiga kali
yang disaksikan oleh Mr. X. Saya tidak sampai hati meminta Mr X keluar
dari ruang ATM karena ia telah meminjami HP dan "menolong saya". Adegan
ini berarkhir ketika pihak "Bank" tidak berhasil membantu saya dengan
mengatakan: Ok pak, karena kartu bapak tidak bisa keluar, KARTU BAPAK SAYA
BLOKIR SAJA DAN SAAT INI KARTU BAPAK SUDAH TIDAK BERFUNGSI. Besuk bapak
segera ke Bank Mandiri setempat untuk minta terbitkan kartu baru. Karena
merasa aman, saya segera tinggalkan ruang ATM dengan mengucapkan terima
kasih kepada Mr. X setelah anak saya segera keluar dari mobil, menyusul ke
ruang ATM menanyakan apa yang terjadi (kata saya: kartu sudah diblokir,
kita pindah ATM lain saja nak).
Untungnya saya tidak menaruh semua telor saya dalam satu keranjang. Masih
ada keranjang lain tidak peduli ukurannya. Segera saya menuju ATM (sebut
saja ATM2) yang lain karena saya sudah ditunggu di salah satu toko untuk
suatu transaksi. Sebelum saya (bersama isteri dan anak saya) masuk ke ATM2
tiba-tiba SMS banking masuk dan menyatakan rekening saya terdebet Rp
1.500.000,-. Ketika itu saya baru sadar (menurut saya bukan karena
hipnotis, tetapi logis) bahwa MR X TADI TERNYATA PENIPU dan pihak "Bank"
yang bicara dengan saya adalah anggota sindikatnya.
Segera saya menuju ATM1 dengan melanggar lampu merah di perempatan jalan
sambil menghampiri Polantas setempat. Sampai di tempat kejadian, tentu
saja pelaku sudah kabur dan selama saya menuju kembali ke ATM1, rekening
saya selalu terdebet hampir setiap setengah menit Rp 1,5 juta dan
berkali-kali. Saya berusaha keras untuk memblokir via 14000 tetapi selalu
dijawab oleh mesin penjawab dan setelah sekian lama saya baru bisa bicara
dengan operator untuk melakukan pemblokiran. Apa boleh buat saat
pemblokiran saldo tinggal tersisa Rp 82 ribu.
Setelah dihubungi oleh pihak kepolisian, tidak lama berselang petugas ATM
Bank Mandiri datang dan membongkar mesin ATM. Ternyata di dalam ruang
kartu masuk telah diselipkan SEBATANG KOREK API yang telah dipotong
"pentolan" nya. Kata petuga bank: Inilah pak yang membuat kartu bapak
tidak bisa masuk
.kejadian ini sudah sekitar satu tahun tapi pelakunya
belum juga tertangkap
. Dia (Mr X) bisa mengeluarkan kartu bapak dengan
tang/penjepit kecil
..Minggu lalu juga kejadian.
Begitu memasuki hari kerja saya laporkan ke Bank Mandiri dan petugas
Customer Service menyatakan kasus ini baru pak (wah rupanya pihak bank
ketinggalan juga, red) setelah dicek transaksi penarikan (oleh Mr X cs)
tiga kali Rp1,5jt; 1xRp500rb; dan karena maksimum penarikan per hari
Rp5jt, sisanya dihabiskan untuk belanja kilat (mungkin di toko emas) tentu
dengan memalsukan tanda tangan saya. Maaf pembaca, total kehilangan tidak
perlu saya beberkan semua, yang jelas tinggal Rp82rb alias habis dalam
waktu transaksi 17 menit.
KESIMPULAN:
1. Sindikat penipu memilih ATM yang terpencil, bukan yang di kantor bank
dan/ atau yang ada security-nya.
2. Mereka memilih hari libur agar nasabah tidak dapat menghubungi bank
setempat.
TIP AGAR HAL SERUPA TIDAK TERULANG PADA PEMBACA:
1. Gunakan ATM yang ada Bank-nya atau yang dekat security, hindari ATM
terpencil walaupun di ATM terpencil kita tidak perlu antre.
2. Jika kartu macet dan tidak bisa keluar dengan usaha sendiri, tinggalkan
saja karena orang lain tidak bisa menggunakan tanpa mengetahui PIN-nya dan
segera lapor ke bank setempat (tentu pada hari kerja).
3. Pada saat pembaca panik karena jadwal padat, ditunggu dalam waktu
singkat, sehingga secara emosional tidak stabil, mungkin juga sedang
berantem sebaiknya hindari transaksi menggunakan ATM karena daya analisa
menurun dan sangat memungkinkan terjadi kesalahan.
4. (Walau yang keempat ini tidak terkait dengan sub judul di atas)
rekening yang ber kartu ATM batasi jumlahnya. Yang lain simpan saja di
rekening tanpa kartu ATM dan jika terlanjur diberikan kartu ATM,
kembalikan saja ke bank dan bertransaksilah via kasir.
Mohon maaf jika pembaca tersita waktunya untuk membaca ulasan peristiwa
ini terutama bagi yang telah mendengar peristiwa serupa sebelumnya. Jika
kurang bermanfaat bagi pembaca, berikan (forward) info ini kepada rekan
yang lain, siapa tahu mereka membutuhkan. Terima kasih.
Jika suatu saat info ini sampai kepada Mr. X yang telah menipu saya, saya
berpesan carilah uang dengan cara lain karena melalui jerih payah, hasil
akan lebih bisa dinikmati. Anda berkualitas dalam mendapatkan uang cepat,
namun kualitas hendaknya memenuhi 5 indikator keseimbangan yaitu QCDSM
(Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale). Anda baik dari sisi Quality
(cerdik); anda baik dari sisi Cost (dengan biaya rendah, hanya sebatang
korek api); anda baik dari sisi Delivery (dapat uang dalam waktu cepat);
tapi dari sisi Safety (anda aman....tapi hanya sementara lho); dan dari
sisi Morale (sayang angkanya cuma nol) karena melanggar norma.
Kiriman :
Tommy Sanjaya