Kondisi ekonomi yang sangat sulit belakangan ini, ternyata bagi sebagian kalangan usia remaja (ABG) di Kabupaten Subang bukan akhir dari segala-galanya. Mereka malah bisa bertahan hidup dan belanja kebutuhan kecantikannya. Sekalipun harus "menjual" mahkotanya (keperawanan).
Sebut saja Rani (18) warga Subang Kota. Untuk kebutuhan hidupnya dan mempertahankan kecantikannya, dia tidak sungkan-sungkan menggadaikan keperawanannya pada si hidung belang. Dengan Rp200 ribu per part time, Rani mengaku cukup untuk menghidupi dirinya selama 2-3 hari.
"Untuk sekedar makan dan beli lipstik cukuplah untuk 2-3 malam kerja," celotehnya enteng saat diwawancarai akhir pekan ini.
Bisnis esek-esek ini rupanya tidak berpengaruh besar atas kenaikan harga BBM, selain harganya tidak ikut naik dan jumlah konsumen pun tidak berpengaruh. Bahkan, bisa disebut mengalami peningkatan.
ABG yang mengaku jebolan SLTA di daerah Bandung itu, dalam satu malam kerap menerima panggilan dua kali. Namun permintaan itu dia tolak. Pasalnya, selain secara fisik mengalami penurunan, melayani si hidung belang semalam dalam dua hari, dianggapnya tidak effesien.
Rani sendiri mengaku, dalam sepekan hanya melayani pria-pria kesepain paling banyak empat kali. Itu tergantung keadaan kantong, jika dianggap cukup untuk sepekan dalam tiga malam bekerja, Rani memilih menikmati hasil jerih payahnya, atau tidak menerima orderan.
Rani mengisahkan, untuk mendapat konsumen, dia cukup memanfaatkan telpon genggamnya. Dia sendiri menjadikan konsumen sebagai media promosi. Caranya setiap kali diboking dia selalu berusaha memberi kepuasan kepada si konsumen.
"Aku gak pernah menggunakan perantara. Cukup dengan memberi servis maksimal, si orang itu biasanya ketagihan, atau nomor kalau temannya butuh, ya tinggal telpon saja," paparnya.
Selama 1 tahun menjalani profesi esek-esek, Rani tidak khawatir diketahui oleh orang tuanya. Menurut pengakuannya, dia hidup sendiri dan tinggal dengan menyewa sebuah indekost di suatu sudut di Kota Subang. Sementara keluarganya berada di Bandung. (Annas Nasrullah/Sindo/hri)
Sebut saja Rani (18) warga Subang Kota. Untuk kebutuhan hidupnya dan mempertahankan kecantikannya, dia tidak sungkan-sungkan menggadaikan keperawanannya pada si hidung belang. Dengan Rp200 ribu per part time, Rani mengaku cukup untuk menghidupi dirinya selama 2-3 hari.
"Untuk sekedar makan dan beli lipstik cukuplah untuk 2-3 malam kerja," celotehnya enteng saat diwawancarai akhir pekan ini.
Bisnis esek-esek ini rupanya tidak berpengaruh besar atas kenaikan harga BBM, selain harganya tidak ikut naik dan jumlah konsumen pun tidak berpengaruh. Bahkan, bisa disebut mengalami peningkatan.
ABG yang mengaku jebolan SLTA di daerah Bandung itu, dalam satu malam kerap menerima panggilan dua kali. Namun permintaan itu dia tolak. Pasalnya, selain secara fisik mengalami penurunan, melayani si hidung belang semalam dalam dua hari, dianggapnya tidak effesien.
Rani sendiri mengaku, dalam sepekan hanya melayani pria-pria kesepain paling banyak empat kali. Itu tergantung keadaan kantong, jika dianggap cukup untuk sepekan dalam tiga malam bekerja, Rani memilih menikmati hasil jerih payahnya, atau tidak menerima orderan.
Rani mengisahkan, untuk mendapat konsumen, dia cukup memanfaatkan telpon genggamnya. Dia sendiri menjadikan konsumen sebagai media promosi. Caranya setiap kali diboking dia selalu berusaha memberi kepuasan kepada si konsumen.
"Aku gak pernah menggunakan perantara. Cukup dengan memberi servis maksimal, si orang itu biasanya ketagihan, atau nomor kalau temannya butuh, ya tinggal telpon saja," paparnya.
Selama 1 tahun menjalani profesi esek-esek, Rani tidak khawatir diketahui oleh orang tuanya. Menurut pengakuannya, dia hidup sendiri dan tinggal dengan menyewa sebuah indekost di suatu sudut di Kota Subang. Sementara keluarganya berada di Bandung. (Annas Nasrullah/Sindo/hri)