Anda acap menonton film biru? Dengan mencuri-curi di belakang istri? Aduh, kenapa tidak menonton bersama? Istri tak suka? Ah, itu hanya penolakan pertama. Coba dekati, dan jelaskan sisi positifnya. Siapa tahu, dengan menonton film biru, seks yang lebih sehat, kian didapatkan.
Film biru bukan sesuatu yang baru. Dari dulu, film yang mempertontonkan adegan-adegan seksual secara vulgar tersebut menjadi bagian dari pembicaraan buram dalam kehidupan paling pribadi. Kini, bersamaan dengan pesatnya teknologi dan tuntutan sosial dan ekonomi, film-film porno itu menjadi makin biasa dan terbuka. Persewaan film CD mungkin tak begitu laku kalau tidak menyediakan film : katagori X tersebut, meskipun dilakukan di bawah meja. Di kaki lima, pedagang CD menjual obral film-film seks secara berani di antara film CD bajakan meskipun sering dirazia pihak kepolisian. Maka, tak heran jika hampir semua pria dewasa tak hanya mendengar, tapi pernah menyaksikan, menonton film biru tersebut.
Keterlibatan banyak wanita sebagai penonton film biru ini boleh jadi memang sebagai akibat dari makin terbukanya jalur distribusi, di samping sebagai konsekuensi logis dari persamaan gender dan perbaikan tingkat pendidikan yang juga berpengaruh Pada masalah seksual. Dr. Bambang Soekamto mencatatnya sebagai hal yang positif karena dapat diartikan sebagai peningkatan kesadaran terhadap masalah kehidupan seksual sehingga dapat memberi kontribusi positif dalam mengatasi dan menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi, baik secara pribadi maupun yang menyangkut pasangan.
“Keterbukaan komunikasi dapat jadi kunci solusi permasalahan seks,” tambah seksolog ini. Ia juga menunjuk makin banyaknya wanita yang berbicara secara lebih terbuka di media masa atau diskusi. Bahkan, di kliniknya yang lebih mengkhususkan masalah seks kaum pria, ketika ada kesempatan berbicara, pihak wanita melakukannya dengan proaktif. Dr. Bambang mengaku tidak punya data tentang pengaruh blue film; tapi dari hasil poling menunjukkan catatan yang mengejutkan. Sebanyak 58 dari 78 pria atau 61,50% mengaku para wanita pasangannya merasa senang dan bergairah terhadap film biru.
Yang menarik, tampaknya diam-diam telah terjadi perubahan persepsi terhadap film seks tersebut. Kalau pada masa lalu, film tersebut lebih sebagai hiburan negatif sehingga ahram untuk ditonton, kini ada kelompok yang menganggapnya sebagai referensi.
Persepsi seperti itu ternyata tak hanya terjadi pada banyak pihak. Mungkin bisa dikategorikan sebagai hiburan vulgar, sebagian besar penonton (52,58%) memberikan catatan tambahan, mendapatkan informasi tentang gaya dan teknik bercinta. Bahkan ada yang menyatakan sebagai pembangkit gairah yang menurun.
“Sebenarnya, soal film biru atau apa pun hal yang digunakan untuk membantu permasalahan seksual hanyalah salah satu faktor saja. Yang terpenting adalah adanya persamaan persepsi antara kedua belah pihak, dalam hal ini pasangan suami istri, tambah Dr. Bambang.
Bahwa film biru dapat dijadikan terapi pada pasangan yang bermasalah, hal tersebut sangat bisa terjadi. Di Barat, sejumlah seksolog memberikan terapi kepada pasien-pasien tertentu yang mengalami problem seksual, terutama dalam upaya membangkitkan gairah yang memudar atau berhilang. Pasangan-pasangan yang sudah berusia lanjut, yang secara fisik dan mental telah mengalami penurunan kemampuan dan minat, sebagian berhasil dinyalakan kembali dengan tontonan film seks tersebut; meskipun tidak maksimal.
“Keinginan ada. Bahkan semangatnya besar, ingin mengulang masa muda,” kata Benyamin, 60 tahun, dalam majalah Complete Woman dalam artikelnya yang membahas seks di usia lanjut. tapi, realitasnya, kemampuan selalu selaras dengan usia. Hanya sejumlah kecil pria usila yang disebut-sebut masih punya kemampuan besar.
Bagi penderita impotensi dan frigiditas, blue film terkadang juga digunakan untuk menguji kapasitas keinginan dan kemampuannya. Gambar-gambar sensual, erotis dan juga dramatis mungkin bisa jadi perangsang terhadap simpul syaraf yang mampu menggerakkan organ vital. Kadang mendapatkan hasil, meskipun seringkali juga tidak.
“Secara biologis, dampak negatifnya terhadap pasien-pasien bermasalah ini relatif tidak besar,” kata dokter Bambang yang banyak memiliki pasien pria penderita impotensi. Bambang juscru mengingatkan pada pasangan yang sebenarnya normal, tidak memiliki masalah serius. Meskipun tidak menyebut secara spesifik, menonton film seks secara berlebihan, dapat mempengaruhi orientasi dan persepsi tentang seks itu sendiri yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pula prilaku. Dokter Bambang mengingatkan, sejumlah adegan dalam film biru, pada dasamya tindakan rekayasa yang menyesatkan. Banyak adegan, karena untuk mencapai sensasi yang lebih akhirnya dilakukan adegan yang aneh, tidak wajar dan tidak termasuk akal. Adegan yang menggambarkan seorang pria yang memiliki kekuatan besar, sanggup bertahan lama, sebenarnya terjadi karena proses editing. Hubungan yang tidak seimbang, satu pria dengan lebih dari satu wanita atau sebaliknya, juga sebagai hal yang tidak wajar dan berlebihan. Demikian juga adegan anal, tadinya dilakukan oleh pasangan menyimpang, antar pria. Begitu juga hubungan oral hingga menelan air mani.
“Sekarang ini, hubungan yang aneh-aneh itu yang tadinya di film porno itu, katanya banyak dilakukan oleh pasangan suami istri, “komentar dokter Bambang pula. “Kalau sudah di luar garis, ya tetap saja tidak baik,” dokter Bambang mengingatkan.
Pelanggaran garis tersebut, kemungkinan adalah keinginan untuk berganti pasangan. Sebab, variasi bercinta yang aneh-aneh akan mendorong pada variasi pasangan atas dasar untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda atau tidak berani mempraktekkan dengan pasangan sendiri. Hasil polling ternyata memberi dukungan tentang dampak negatif tersebut.
Sebanyak 13 dari 78 pria ternyata mengaku menonton film biru dengan motivasi ingin bercinta dengan wanita lain. Ini berarti ada 16% dari penonton blue film adalah berbakat menyeleweng. Namun, tentu saja selalu ada sisi negatif seperti itu. Yang penting adalah, bagaimana mengusahakan Anda menjadi bagian yang 84 persen, yang mencoba bersikap terbuka pada pasangan Anda, dan mengomunikasikan apa pun keinginan dan fantasi seksual Anda. Bukan tak mungkin, dengan keterbukaan, dia mau memenuhi fantasi seksual Anda, karena tahu, di blue film pun, kenikmatan visual itu tampak begitu sempurna. Lalu, kenapa tak mencoba?
Sumber artikel
Film biru bukan sesuatu yang baru. Dari dulu, film yang mempertontonkan adegan-adegan seksual secara vulgar tersebut menjadi bagian dari pembicaraan buram dalam kehidupan paling pribadi. Kini, bersamaan dengan pesatnya teknologi dan tuntutan sosial dan ekonomi, film-film porno itu menjadi makin biasa dan terbuka. Persewaan film CD mungkin tak begitu laku kalau tidak menyediakan film : katagori X tersebut, meskipun dilakukan di bawah meja. Di kaki lima, pedagang CD menjual obral film-film seks secara berani di antara film CD bajakan meskipun sering dirazia pihak kepolisian. Maka, tak heran jika hampir semua pria dewasa tak hanya mendengar, tapi pernah menyaksikan, menonton film biru tersebut.
Keterlibatan banyak wanita sebagai penonton film biru ini boleh jadi memang sebagai akibat dari makin terbukanya jalur distribusi, di samping sebagai konsekuensi logis dari persamaan gender dan perbaikan tingkat pendidikan yang juga berpengaruh Pada masalah seksual. Dr. Bambang Soekamto mencatatnya sebagai hal yang positif karena dapat diartikan sebagai peningkatan kesadaran terhadap masalah kehidupan seksual sehingga dapat memberi kontribusi positif dalam mengatasi dan menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi, baik secara pribadi maupun yang menyangkut pasangan.
“Keterbukaan komunikasi dapat jadi kunci solusi permasalahan seks,” tambah seksolog ini. Ia juga menunjuk makin banyaknya wanita yang berbicara secara lebih terbuka di media masa atau diskusi. Bahkan, di kliniknya yang lebih mengkhususkan masalah seks kaum pria, ketika ada kesempatan berbicara, pihak wanita melakukannya dengan proaktif. Dr. Bambang mengaku tidak punya data tentang pengaruh blue film; tapi dari hasil poling menunjukkan catatan yang mengejutkan. Sebanyak 58 dari 78 pria atau 61,50% mengaku para wanita pasangannya merasa senang dan bergairah terhadap film biru.
Yang menarik, tampaknya diam-diam telah terjadi perubahan persepsi terhadap film seks tersebut. Kalau pada masa lalu, film tersebut lebih sebagai hiburan negatif sehingga ahram untuk ditonton, kini ada kelompok yang menganggapnya sebagai referensi.
Persepsi seperti itu ternyata tak hanya terjadi pada banyak pihak. Mungkin bisa dikategorikan sebagai hiburan vulgar, sebagian besar penonton (52,58%) memberikan catatan tambahan, mendapatkan informasi tentang gaya dan teknik bercinta. Bahkan ada yang menyatakan sebagai pembangkit gairah yang menurun.
“Sebenarnya, soal film biru atau apa pun hal yang digunakan untuk membantu permasalahan seksual hanyalah salah satu faktor saja. Yang terpenting adalah adanya persamaan persepsi antara kedua belah pihak, dalam hal ini pasangan suami istri, tambah Dr. Bambang.
Bahwa film biru dapat dijadikan terapi pada pasangan yang bermasalah, hal tersebut sangat bisa terjadi. Di Barat, sejumlah seksolog memberikan terapi kepada pasien-pasien tertentu yang mengalami problem seksual, terutama dalam upaya membangkitkan gairah yang memudar atau berhilang. Pasangan-pasangan yang sudah berusia lanjut, yang secara fisik dan mental telah mengalami penurunan kemampuan dan minat, sebagian berhasil dinyalakan kembali dengan tontonan film seks tersebut; meskipun tidak maksimal.
“Keinginan ada. Bahkan semangatnya besar, ingin mengulang masa muda,” kata Benyamin, 60 tahun, dalam majalah Complete Woman dalam artikelnya yang membahas seks di usia lanjut. tapi, realitasnya, kemampuan selalu selaras dengan usia. Hanya sejumlah kecil pria usila yang disebut-sebut masih punya kemampuan besar.
Bagi penderita impotensi dan frigiditas, blue film terkadang juga digunakan untuk menguji kapasitas keinginan dan kemampuannya. Gambar-gambar sensual, erotis dan juga dramatis mungkin bisa jadi perangsang terhadap simpul syaraf yang mampu menggerakkan organ vital. Kadang mendapatkan hasil, meskipun seringkali juga tidak.
“Secara biologis, dampak negatifnya terhadap pasien-pasien bermasalah ini relatif tidak besar,” kata dokter Bambang yang banyak memiliki pasien pria penderita impotensi. Bambang juscru mengingatkan pada pasangan yang sebenarnya normal, tidak memiliki masalah serius. Meskipun tidak menyebut secara spesifik, menonton film seks secara berlebihan, dapat mempengaruhi orientasi dan persepsi tentang seks itu sendiri yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pula prilaku. Dokter Bambang mengingatkan, sejumlah adegan dalam film biru, pada dasamya tindakan rekayasa yang menyesatkan. Banyak adegan, karena untuk mencapai sensasi yang lebih akhirnya dilakukan adegan yang aneh, tidak wajar dan tidak termasuk akal. Adegan yang menggambarkan seorang pria yang memiliki kekuatan besar, sanggup bertahan lama, sebenarnya terjadi karena proses editing. Hubungan yang tidak seimbang, satu pria dengan lebih dari satu wanita atau sebaliknya, juga sebagai hal yang tidak wajar dan berlebihan. Demikian juga adegan anal, tadinya dilakukan oleh pasangan menyimpang, antar pria. Begitu juga hubungan oral hingga menelan air mani.
“Sekarang ini, hubungan yang aneh-aneh itu yang tadinya di film porno itu, katanya banyak dilakukan oleh pasangan suami istri, “komentar dokter Bambang pula. “Kalau sudah di luar garis, ya tetap saja tidak baik,” dokter Bambang mengingatkan.
Pelanggaran garis tersebut, kemungkinan adalah keinginan untuk berganti pasangan. Sebab, variasi bercinta yang aneh-aneh akan mendorong pada variasi pasangan atas dasar untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda atau tidak berani mempraktekkan dengan pasangan sendiri. Hasil polling ternyata memberi dukungan tentang dampak negatif tersebut.
Sebanyak 13 dari 78 pria ternyata mengaku menonton film biru dengan motivasi ingin bercinta dengan wanita lain. Ini berarti ada 16% dari penonton blue film adalah berbakat menyeleweng. Namun, tentu saja selalu ada sisi negatif seperti itu. Yang penting adalah, bagaimana mengusahakan Anda menjadi bagian yang 84 persen, yang mencoba bersikap terbuka pada pasangan Anda, dan mengomunikasikan apa pun keinginan dan fantasi seksual Anda. Bukan tak mungkin, dengan keterbukaan, dia mau memenuhi fantasi seksual Anda, karena tahu, di blue film pun, kenikmatan visual itu tampak begitu sempurna. Lalu, kenapa tak mencoba?
Sumber artikel